CINTA TANAH AIR DAN BANGSA
Bisa
dikatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia ini dilahirkan oleh generasi
yang mempunyai idealisme cinta tanah air & bangsa, kalau tidak, mungkin
saat ini kita bangsa Indoneia masih dijajah oleh Belanda yang luas negaranya
dibandingkan pulau Bali saja masih luasan pulau Bali. Kita harus sangat
terimakasih kepada para tokoh yang mencentuskan pembentukan organisasi Boedi
Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908, para pencetus Sumpah Pemuda pada tanggal 28
Oktober 1928, dan para tokoh yang memungkinkan terjadinya proklamasi 17 Agustus
1945. Saya sangat yakin mereka adalah contoh paling pas untuk dijadikan
tokoh-tokoh nasionalis tulen yang cintanya pada tanah air dan bangsa melebihi
cintanya pada diri sendiri yang kita harus hormati sepanjang masa.
Bagaimana
dengan saat ini, masih adakah diantara kita yang mencintai tanah air dan bangsa
melebihi cintanya pada diri sendiri? Atau pertanyaan ini pertanyaan yang cukup
bodoh untuk diajukan? Siapa yang masih perlu mecintai tanah air dan bangsa
Indonesia? Yang penting asal kita bisa hidup cukup sandang, pangan dan papan
sudah cukup, kalau ada kelebihan sedikit untuk bisa jalan-jalan ke mall, makan
enak di café, atau pergi karaokean kan sudah cukup, untuk apa mikirin cinta
tanah air dan bangsa! Bahkan kalau mungkin bisa punya rumah yang megah, mobil
mewah, dan menyekolahkan anak keluar negeri, setiap tahun bisa liburan kemana
kita mau pergi kan sudah lebih dari cukup! Tapi masih ada juga dari bangsa kita
yang bergulat dengan kemiskinan untuk makan saja susah dan tinggal di rumah
yang lebih mirip kandang dari pada disebut rumah, dan jumlahnya juga tidak
sedikit bisa mencapai 50 juta jiwa bangsa Indonesia, apakah masih ada perlunya
mencintai tanah air dan bangsa?.
Apakah
masih relevan kita mencintai tanah air dan bangsa pada zaman globalisasi ini?
Bukankah tanah air dan bangsa ini sudah nggak jelas batas-batasnya dengan
adanya era globalisasi? Ada internet yang menghubungakan setiap orang untuk
bisa berhubungan satu sama lain setiap saat keseluruh dunia. Belum lagi adanya
Hand Phone atau kalau diluar negeri lebih dikenal dengan nama Mobile Phone,
yang juga kita bisa berhubungan dengan siapapun ke hampir seluruh pelosok
dunia. Kalau secara fisik mau bertemu ada yang namanya penerbangan murah yang
siap menerbangkan kita kemana saja dengan harga yang murah (bagi yang
terjangkau). Kenapa kita mau membatasi hanya tanah air dan bangsa Indonesia
saja.
Kita
juga bisa bertanya apakah bangsa Amerika, bangsa Jepang, bangsa China, bangsa
Singapore (walupun kecil mereka marah kalau tidak disebut Singaporean), bangsa
Malaysia, bangsa Korea masing-masing tidak lagi mencintai tanah air dan bangsa
mereka sendiri-sendiri toh secara bersama-sama telah menjadi warga dunia. Saya
tidak tahu jawabnya, kalau ketemu mereka kita bisa bertanya apakah mereka masih
bangga menjadi bangsa mereka sendiri sebagai suatu indikasi bahwa mereka
mencintai tanah air dan bangsanya atau lebih bangga menjadi warga dunia? Kita
juga bisa bertanya pada diri kita sendiri kita lebih bangga menjadi bangsa
Indonesia atau lebih bangga menjadi warga dunia atau mungkin lebih bangga jadi
bangsa lain?
Belajar
dari bangsa Korea
Saya
berkesempatan mengunjungi Seoul, ibukota negara Korea Selatan, dua kali pada
tahun 1982 dan 1987.Ada yang konsisten yang tetap dilakukan oleh oleh mereka
dalam periode dua kali kunjungan tersebut, yang mungkin masih dilakukan mereka
sampai saat ini, yaitu penghormatan mereka terhadap lagu dan bendera kebangsaan
mereka. Setiap hari dua kali, pagi hari menaikkan bendera dan sore hari
menurunkan bendera, setiap kegiatan (kecuali kendaraan yang melaju dijalan)
berhenti dan setiap orang berdiri untuk menghormati penaikan bendera dan
penurunan bendera. Walaupun mereka sedang jalan, mereka berhenti, walaupun
mereka sedang makan, mereka berhenti dan berdiri, walaupun sedang sekolah,
sedang meeting, mereka berhenti dan berdiri. Ini jelas refleksi penghormatan
pada lagu kebangsaan dan bendera kebangsaan sebagai simbolisasi kecintaan
bangsa Korea pada tanah air dan bangsanya.
Pada
waktu dulu saya belum tahu, saya kira bangsa Korea adalah termasuk bangsa Cina.
Karena orangnya dan tulisannya mirip etnik Cina atau Jepang Pada waktu saya ke
Korea, saya tanya pada mereka bukannya mereka dulunya bagian dari Cina atau
Jepang, ternyata mereka marah besar, bangsa Korea adalah bangsa Korea bukan
bangsa Cina dan bukan bangsa Jepang. Saya baru tahu belakangan bahwa sejarah
Korea mempunyai komplikasi konflik sepanjang sejarah dengan bangsa Cina dan
Jepang secara bergantian. Kita jadi juga mengerti betapa negara dan bangsa
Korea yang secara geografis adalah semenanjung diantara dua bangsa besar dikiri
dan kanannya yaitu Cina dan Jepang mencoba untuk eksis sebagai bangsa. Justru
mulai timbul kekaguman saya pada bangsa Korea yang akhir-akhir ini telah memanfaatkan
media yang sangat berpengaruh yaitu TV untuk berbicara kepada dunia siapa
sebetulnya bangsa Korea.
Ternyata
melalui media TV dengan membuat film seri bertema sejarah yang dibuat dengan
biaya yang luar biasa besar dengan kwalitas suara dan gambar HDTV (High
Difinition TV), dengan aktor dan aktris yang hebat yang membuat kita yang
menonton dibuat kagum dengan bangsa Korea dan memaksa kita mempelajari sejarah
bangsa Korea. Bahkan generasi muda Korea juga dibuat tergugah dengan film seri
ini ini ter-refleksi pada forum internet seperti “www.soompi.com” yang membahas
dan mengikuti perkembangan dan membahas dengan atusias film seri TV tersebut.
Film
seri yang saya maksud adalah film seri TV berjudul Jumong yang berdurasi putar
60 menit setiap episode dengan total tayang 82 episode. Film seri TV ini juga
sudah diputar di Taiwan, Filipina, Thailand, Singapore, Malaysia, USA, Kanada,
dan Eropa. Sungguh mengherankan kenapa TV di Indonesia tidak tetarik
menayangkannya? Kalau kita punya broadband, sebetulnya bisa menikmati TV seri
ini secara langsung lewat TV internet, sayangnya internet broadband masih
sangat mahal di Indonesia, atau bisa juga menikmati sampai sekarang dengan VOD
(Video On Demand). Jadi melalui TV Korea yang menyiarkan levat TV Internet,
dinegara manapun kalau ada sambungan internet broadband bisa juga langsung
menikmatinya. Untungnya di Jakarta ada DVD bajakan yang dijual bebas di
mall-mall, jadi dengan biaya relatif murah dan kwalitas yang cukup bagus bisa
menikmasi film seri ini dari awal sampai akhir, sambil mengikuti diskusi di
forum website “www.soompi.com”.
Melalui
film ini, saya baru tahu bahwa pada abad menjelang Masehi, Korea adalah
kerajaan besar dengan nama Goguryeo yang mengalahkan Dinasti Han dari Cina dan
menguasai area seluruh jasirah Korea sampai dengan sebagai besar Manchuria saat
ini. Film seri ini memceritakan perjuangan Jumong pendiri negara Goguryeo,
membentuk Dinasti yang berumur sampai 600 tahun yang akhirnya dikalahkan oleh
Dinasti Tang dari China yang mendapat bantuan dari negara kecil di Korea bagian
selatan, Silla.
Mungkin
motivasi produsennya adalah sepenuhnya komersial, dan secara komersial memang
fim seri Jumong sangat unggul dibandingkan dengan flim seri serupa buatan
China, Hongkong, atau Taiwan. Tapi kenapa bisa menimbulkan gelombang kebanggaan
pada masyarakat Korea, pasti ada unsur idealis semacam propaganda yang
seolah-olah Korea ingin mengatakan pada dunia, ini adalah Korea yang sebenarnya
yang telah pernah mengalami masa kejayaannya, tidak kalah besar dengan bangsa
Cina atau Jepang. Saya melihatnya justru bangsa Korea ingin menunjukan
identitas nasional mereka, kecintaan mereka sebagai bangsa Korea, yang memang
saat ini sudah sangat maju dari sisi tehnologi, dan mencoba membangkitkan
kembali dengan memanfaatkan tehnologi yang ada kebanggaan mereka sebagai bangsa
Korea yang kuat dan besar. Menurut saya melalui film TV seri ini cukup
berhasil. Ada selentingan bahwa film TV seri ini dilarang diputar di Cina,
karena ada komplikasi versi sejarah Cina berkenaan dengan area kekuasaan
Goguryeo yang saat ini merupakan bagian dari Cina.
Film
TV seri Jumong ini berhasil mencapai rating berkisar antara 40% s/d 60%
tergantung eposidenya, yang suatu rekor di masyarakat Korea itu sendiri untuk
film seri bertemakan sejarah. Kemudian film TV seri ini secara overlap diikuti
dengan film seri Dae Joyoung yang total episodenya mencampai 134 dengan tayang
60 menit setiap episode. Film seri ini menceritakan kejatuhan kerajaan Goguryeo
pada abad ke 6, dibawah kepemimpinan Jendral Yeon Gaesomun berhasil
berkali-kali mengalahkan serangan Dinasti Tang yang dipimpin langsung oleh
kaisarnya, Kaisar Li Shi Min, dan baru bisa dikalahkan setelah Li Shi Min
meningal digantikan oleh anaknya dengan bantuan negara kecil Korea bagian
Selatan, Silla. Kemudian salah satu panglima perangnya Dae Joyoung melanjutkan
Dinasti Goguryeo dengan mendirikan kerajaan Balhae di area Manchuria saat ini.
Walaupun tidak sehebat TV Seri Jumong, Dae Joyoung juga cukup mendapatkan
perhatian di masyarakat Korea. Ternyata melalui media film TV seri, Korea bisa
membangkitkan cinta tanah air dan bangsa.
Sejarah
sebagai inspirasi cinta tanah air dan bangsa
Pada
hakekatnya cinta tanah air dan bangsa adalah kebanggaan menjadi salah satu
bagian dari tanah air dan bangsanya yang berujung ingin berbuat sesuatu yang
mengharumkan nama tanah air dan bangsa. Pada keadaan yang amburadul saat ini
apa yang bisa dibanggakan dari negara dan bangsa Indonesia? Generasi “founding
fathers” pada masa penjajahan berhasil membangkitkan rasa cinta tanah air dan
bangsa yang pada akhirnya berhasil memerdekakan bangsa Indonesia. Kalau saja
rasa cinta tanah air dan bangsa sekali lagi bisa menjadi faktor yang memotivasi
bangsa Indonesia, ada kemungkinan bangsa Indonesia akan bisa bangkit kembali
dengan masyarakatnya bisa menghasilkan karya-karya yang membanggakan kita
sebagai bangsa.
Bangsa
Korea yang selalu memotivasi dirinya dengan menghormati bendera dan lagu
kebangsaannya, selalu memotivasi bangsanya untuk mencintai tanah air dan
bangsanya. Walaupun dengan prestasi yang produk elektonik dan automotif-nya
yang mampu ikut meramaikan pasaran dunia, Koreapun masih menggali inspirasi
sejarah untuk diceritakan pada dunia bahwa bangsa Korea adalah bangsa yang
besar dan hebat.
Bung
Karno dulu juga sering menceritakan kebesaran kerajaan Majapahit untuk
memotivasi bangsa Indonesia bahwa kita dulu adalah negara yang besar, dengan
kekuatan armada lautnya bisa menguasai seluruh Nusantara, termasuk Singapore,
Malaysia, Madagaskar, bahkan juga selatan Taiwan. Bahkan menurut sejarah dulu
Singapore itu namanya Temasek, dan yang memberi nama ini adalah patih
Gajahmada, oleh Raffles entah kenapa diganti jadi Singapore.
Kadang-kadang
saya membayangkan kalau kisah kejayaan Gajahmada/Majapahit dibuat film TV seri
dengan kwalitas seperti film TV Seri Korea, pasti bisa menumbuhkan kembali,
kecintaan kita pada tanah air dan bangsa Indonesia. Pernah pada suatu saat ada
bisnis meeting yang dihadiri oleh delegasi seluruh Asia Tenggara, pada waktu
makan malam saya cerita pada mereka bahwa dulu di Indonesia pada abad ke 13
pernah ada kerajaan Majapahit yang menguasai Singapore, Malaysia, bahkan sampai
ke Madagastar dan selatan Taiwan, mereka memandang bengong ke saya, seolah-olah
saya orang yang baru mimpi atau orang gila barangkali dan mereka tidak ada yang
percaya. Pasti mereka punya versi sejarah masing-masing yang berbeda dengan
versi kita atau mungkin tidak pernah diceritakan perihal kerajaan Majapahit
abad ke 13 ini. Oleh karena itu Korea perlu menceritakan sejarah versinya (yang
sudah pasti beda dengan versi Cina dan versi Jepang) kepada dunia melalui media
yang mendunia, tentang kebesaran bangsa Korea masa lalu.
Sungguh
disayangkan, kwalitas film TV seri kita tidak bisa membuat saya tergerak untuk
menonton satupun, kalau sekelibat lihat di TV, tehniknya sangat primitif,
akting aktor dan aktrisnya amburadul, apa bisa membuat pemirsa seluruh dunia
mau menonton? Kalau ada insan film dan produsen kaya nasionalis yang membaca
artikel ini, anggap saja ini satu tantangan untuk membuat film TV seri
Gajahmada / Majapahit dengan kwalitas seperti film TV seri Korea, Jumong atau
Dae Joyoung yang bisa diputar mendunia (kalau diputar mendunia pasti
menguntungkan juga akhirnya).
Walaupun
bagaimana, Indonesia ini adalah tanah air dan bangsa kita sendiri yang kita
wajib untuk mencintainya dengan segala kekurangannya. Sungguh sayang apabila
warisan NKRI yang sudah diwariskan kepada kita dengan banyak pengorbanan darah
dan airmata dari para “founding fathers” ini tidak kita cintai untuk dijadikan
Negara dan Bangsa yang maju dengan masyarakatnya yang adil, makmur dan
sejahtera seperti halnya negara-negara maju lainya seperti USA, Jepang,
Singapore, dll Semoga pada suatu saat ada pemimpin setaraf Bung Karno dalam hal
membangkitkan kecintaan kita pada tanah air dan bangsa, sehingga seluruh
komponen bangsa dengan sungguh-sungguh mau bekerja demi kejayaan Indonesia
(bukan dengan sukaria merampok Indonesia, atau membantu para perampok yang
hidup mewah di Singapore/Hongkong). Sehingga harapan dari WS Rendra seperti
yang dikatakan pada pengukuhannya mendapat gelar Doctor HC, jaman Kalabendu
(jaman malapetaka) saat ini segera akan digantikan dengan jaman Kalasuba (jaman
sukaria) tidak usah menunggu kedatangan Ratu Adil. (Note: Sekaligus dengan ini
saya mengucapkan selamat pada beliau atas gelar Doctor HC – nya).
SUMBER: http://www.apakabar.ws/forums/viewtopic.php?t=47538&sid=39ad507ecde67190f05fb2afa0eef605